Laporan Khusus

Assalamualaikum warrahmatullahi wabarakatuh Selamat Datang Di Blog Seuntai Kenangan

Kamis, 27 September 2007

Suka-Duka Berpuasa di Negeri Non-Muslim

Ada banyak suka-duka menjalani Ramadhan di negeri non-Muslim. Ada yang mengaku mengalami banyak kesulitan. Tapi ada pula banyak cerita lucu
Berpuasa di negara yang penduduknya bukan mayoritas Muslim tidak gampang. Yang lebih sulit lagi adalah berpuasa di musim panas di negara yang mengenal 4 musim. Karena waktu siangnya panjang, maka jam berpuasanya lebih lama. Namun sebaliknya di musim dingin puasanya singkat. Itulah pengalaman dua orang warga Indonesia di perantuan, Herianti Novita di Islandia dan Siti Muawanah di Hongkong.

Herianti Novita sudah hampir 7 tahun tinggal di Rekyavik, ibu kota Islandia. Menurut pengalamannya, berpuasa di negeri dekat kutub itu tidak terlalu susah. Maklum dia belum pernah berpuasa di musim panas. Di musim panas, hari-harinya sangat panjang. "Siangnya itu hampir 24 jam," jelasnya. Tapi kalau di musim dingin seperti di bulan-bulan November, Desember dan Januari puasanya singkat. "Apalagi di bulan Desember, jam 4 sore kita sudah berbuka, "tandasnya.

Berpuasa terutama juga ringan bagi orang-orang yang pekerjaannya tidak berat. Bagi mereka yang bekerja misalnya di pabrik roti cukup berat juga untuk berpuasa. Bagi Novita yang sekarang sekolah, puasa juga tidak berat. "Saya bilang ringan karena saya masih di sekolah. Saya masih belajar, "tuturnya. Novita mengikuti program pendidikan buat para ibu yang tidak bersuami. Pendidikan ini difasilitasi oleh pemerintah Islandia. Untuk mengetahui jam berbuka puasa dan imsak mereka mendapat jadwal dari Asosiasi Muslim di Rekyavik.

Acara berbuka bersama antar orang Indonesia tidak sering diselenggarakan. Beberapa tahun lalu mereka pernah menggelar acara berbuka bersama dengan mengundang dubes RI di Norwegia Tarmizi Taher. Pada saat Idulfitri pasti ada acara kumpul-kumpul. "Tapi biasa kita kalau kumpul-kumpul seperti itu pas di Idulfitri saja, "katanya.

Makanan Halal dan Asia

Makanan halal tidak sulit untuk mendapatkannya di Islandia. Di sana ada sebuah perusahaan yang bernama SS. Atas permintaan, perusahaan ini bisa menyelenggarakan penyembelihan halal. "Dia bisa motong untuk halal, "tuturnya. Untuk membikin makanan khas bulan puasa di Indonesia seperti kolak juga gampang di Islandia. Sejak tahun-tahun terakhir banyak bermunculan toko-toko Asia. "Mereka antara lain menjual pisang, labu, singkong, ubi dan lain-lain, "jelasnya. Selain itu di supermarket biasa di Islandia sudah dibeli produk-produk Asia.

Berbeda dengan Novita, Siti Muawanah, seorang Tenaga Kerja Wanita (TKW) di Hongkong, menilai berpuasa di Hongkong tidak gampang. Karena banyak majikan khawatir, pembantunya yang berpuasa bisa pingsan. Para majikan khawatir pembantu yang menjaga anak mereka pingsan pada saat para majikan sedang berada di tempat kerja. Kendati demkian, menurut Siti, para majikan itu bukan anti Islam. Mereka malah memberi kebebasan menjalankan ibadah dan mematuhi ajaran agama Islam.

"Kayak kita orang Islam tidak boleh makan babi, itu mereka mengerti, "tambah Siti. Perempuan asal Blitar ini juga menjelaskan, majikannya sendiri mengizinkan dia berpuasa. Tapi ada syaratnya. "Asal kita tahu diri dan tidak menganggu pekerjaan, "tambahnya.

Hari Semakin Pendek

Menurut muslimah Indonesia yang sudah hampir 12 tahun tinggal di Hongkong ini, jam imsak di sana lebih lambat dibanding di Indonesia. "Pertama kali kemarin itu jam 4.53, "katanya menjelaskan imsak di hari pertama Ramadan ini.
Saat berbuka puasa juga semakin cepat. Ini berarti semakin memasuki musim dingin, semakin pendek hari. Dengan demikian semakin singkat pula jam berpuasa. "Semakin pendek. (Tiap hari, red) Berkurang satu menit, "simpul Siti. Di Hongkong bahan untuk membuat makanan Indonesia sangat mudah didapat. Hampir semua makanan Indonesia termasuk juga yang khas Ramadhan seprti kolak dan lain-lain bisa dibikin di sana. Namun berbuka bersama dan sholat taraweh berjamaah sulit diselenggarakan di sana. Maklum kondisi pekerjaan tidak mengizinkan. "Soalnya kita sebagai TKW di sini kalau malam, selain untuk urusan kerja, nggak boleh keluar, "kata Siti.

Tidak Ada Suasana Ramadan

Berpuasa di negara yang non Islam berarti berpuasa di lingkungan orang yang tidak berpuasa. Orang-orang di sekeliling tidak berpuasa. Restoran-restoran di siang hari tetap buka. Jadi, di luar tidak ada suasana Ramadhan. "Jadi di sini suasana Ramadhan itu ada di sekitar kita sendiri atau pada diri kita sendiri, "jelas Siti. Siti menyimpulkan bahwa godaan berpuasa di Hongkong berat sekali. Oleh karena itu banyak juga muslim Indonesia di sana yang tidak berpuasa.

Baik Novita maupun Siti Muawanah menyatakan keduanya terharu kalau merayakan Idul Fitri. "Tiap kita sholat Id kita terharu. Pasti nangis, "kata Novita. Siti Muawanah juga merasa sedih kalau lagi makan saur. "Teringat di rumah. Biasa makan rame-rame sambil ngantuk, "tutur Siti. www.hidayatullah.com


Tidak ada komentar:

Posting Komentar